Aplikasi Listrik Magnet Pada Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk Mencitrakan Organ Dalam Manusia
Oleh: Delthawati Isti R.
Fisika berperan dalam
perkembangan teknologi untuk membantu manusia. Elektomagnetisme (listrik
magnet) merupakan interaksi medan listrik dan medan magnet. Sebagai contoh,
ketika arus listrik melalui kawat bearus listrik maka akan timbul medan magnet.
Medan magnet yang terbentuk terdiri dari garis-garis gaya yang mengelilingi
kawat. Ketika kawat melingkar di sekitar batang besi, garis-garis gaya akan
memperkuat membentuk elektromagnet. Listrik magnet memiliki beberapa kegunaan
dan aplikasi praktis yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari hari seperti
kipas angin, relay, compact disk, bel
listrik, telepon, dan lain-lain.
Listrik magnet juga memberikan sumbangan kemajuan teknologi
pada bidang kedokteran. Salah satu alat medis yang menggunakan prinsip listrik
magnet adalah MRI (Magnetic Resonance
Imaging) yaitu alat untuk melakukan penggambaran diagnosa penyakit dengan
menggunakan medan magnet yang sangat besar dan gelombang frekuensi radio.
Peralatan canggih ini dapat memindai rincian setiap menit dalam tubuh manusia.
Pemeriksaan MRI bertujuan mengetahui karakteristik morpologik
(lokasi, ukuran, bentuk, perluasan dari
keadaan patologis. Tujuan tersebut dapat diperoleh dengan menilai salah satu atau kombinasi gambar
penampang tubuh akial, sagittal, koronal
atau oblik tergantung pada letak organ dan kemungkinan patologinya (Notosiswoyo & Suswati, 2004). MRI dapat mencitrakan gambar sangat jelas dan lebih sensitif
untuk menilai anatomi jaringan lunak dalam tubuh, terutama otak, sumsum tulang
belakang, susunan saraf dibandingkan dengan pemeriksaan dengan sinar-X maupun
CT scan. Pemeriksaan lain yang dapat
dilakukan dengan MRI yaitu evaluasi anatomi dan kelainan dalam rongga dada,
organ organ dalam perut, pembuluh darah, dan jantung (Afika, 2013). MRI
tidak menimbulkan rasa sakit karena tidak menggunakan sinar-X dalam proses
memindai.
Sejarah Perkembangan Listrik Magnet
Perkembangan keilmuan listrik
magnet dimulai oleh Thales seorang filsuf Yunani. Thales menemukan sebuah
fenomena sejenis besi yang dapat menarik serbuk besi dan menyebutnya batu
Magnesian. Thales juga menemukan amber, yang jika digosokkan akan menimbulkan gaya
tarik listrik sehingga dapat menarik objek lain seperi bulu-bulu dan potongan
daun kering.
Pada tahun 1269, Peter
Peregrinus (Prancis) dapat menentukan atau mengidentifikasi kutub magnet jika
dia memiliki magnet yang salah satu kutubnya telah diketahui berdasarkan
prinsip jika ada dua kutub magnet yang berbeda didekatkan maka akan tarik
menarik dan dua kutub magnet yang sama didekatkan maka akan tolak menolak.
Pada tahun 1600, William
Gilbert (Inggris) menyarankan pemberian nama
electrics pada amber. Istilah
ini menunjukkan benda yang memiliki
setelah digosokkan atau telah mendapat muatan listrik. Dia juga
menemukan benda-benda yang dapat diberi muatan seperti amber. Kemudian pada
tahun 1646, Thomas Brown (Inggris) menggunakan istilah electricity (listrik).
Pada tahun 1672, Otto Von
Guericke (Jerman) menemukan bahwa listrik dapat mengalir melalui suatu zat.
Ketika itu zat yang digunakan adalah benang linen. Pada tahun 1729 Stephen
Gray memiliki gabus yang di
dalamnya tertancap bola gading dengan tongkat panjang yang ditempatkan di ujung
tabung. Alat tersebut menjadi bermuatan listrik ketika tabung tersebut digosok.
Aliran listrik menyebar ke seluruh materi melalui gabus dan tongkat ke bola
gading. Hal ini menunjukkan bahwa listrik tidak sepenuhnya statis tetapi
mungkin bergerak. Dia juga berhasil berhasil mencatat beberapa benda yang
bertindak sebagai konduktor dan isolator listrik.
Pada tahun 1733, Charles Du
Fay mendukung ide tentang tolakan dan tarikan elektrostatis. Du Fay melakukan
percobaan dengan memberikan listrik ke potongan-potongan gabus dengan cara
menyentuhkan batang kaca yang telah diberi listrik dengan menggosoknya dan
terjadi tarik menarik. Tetapi ketika gabus yang telah diberikan listrik
didekatkan dengan gabus lain terjadi tolak menolak. Berdasarkan hal tersebut,
Du Fay menyatakan bahwa terdapat dua jenis aliran listrik yaitu, vitreous dan resinous.
Pada tahun 1752, Benjamin
Franklin (Amerika) merumuskan teori bahwa listrik merupakan sejenis fluida yang
dapat mengalir dari satu benda ke benda lain. Franklin juga menjelaskan bahwa
kilat merupakan salah satu gejala kelistrikan.
Tahun 1785 Charles Augustin
de Coloumb menyatakanhukum Coulomb yaitu gaya tarik dan gaya tolak
kelistrikan antara dua benda yang bermuatan listrik adalah perkalian muatannya
dengan kuadrat terbalik dari jaraknya. Dia juga mendapatkan gaya magnet juga
mengikuti hukum kuadrat terbalik seperti gaya listrik statis.
Pada tahun 1791, Luigi
Galvani (Italia) mengumumkan hasil percobaannya yaitu otot pada kaki katak akan
berkontraksi ketika di beri arus listrik. Dia menyentuh kaki katak dengan
pengait tembaga yang digantungkan pada rel besi dan kaki katak mengendut. Dia
berpikir bahwa dia menemukan listrik hewan.
Pada tahun 1800, Alessandro
Volta (Italia) menciptakan baterai pertama. Volta melakukan percobaan tumpukan
koin dari dua jenis metal yang berbeda dan
memisahkan koin dengan kartu yang telah direndam dalam larutan garam
hasilnya menghasilkan arus listrik.
Inilah baterai yang pertama atau yang disebut elemen volta.
Pada tahun 1819, Hans
Christian Oersted menemukan keterkaitan antara listrik dan magnet. Dia
melakukan percobaan yang hasilnya kawat lurus berarus mempengaruhi kedudukan
jarum kompas yang tepat dibawahnya. Kemudian Andre Marie Ampere menyatakan
hukum yang menjelaskan arah medan magnet yang di hasilkan oleh arus listrik.
Ampere merupakan orang pertama yang mengamati bahwa dua batang konduktor yang
diletakkan berdampingan dan keduanya mengalir arus listrik searah akan saling
tarik menarik sedangkan jika berlawanan arah akan saling tolak.
Pada tahun 1827, George Simon
Ohm (Jerman) menjelaskan kemampuan beberapa zat dalam menghantarkan arus
listrik dan mengemukakan hukum Ohm tentang hantaran listrik. Pada awal 1830, Michael Faraday melakukan
percobaan meletakkan kertas di atas magnet batang kemudian menaburkan serpihan
besi di atas kertas. Dari percobaan dihasilkan serpihan besi membentuk garis
medan magnetik yang berbentuk simpal. Garis medan magnetik tidak mempunyai awal
dan akhir. Kemudian Michael Faraday dan Joseph Henry memperagakan dalam
percobaan terpisah bahwa medan magnetik yang berubah akan menghasilkan medan
listrik yang kemudian menghasilkan arus listrik (arus induksi).
Sekitar tahun 1860, James
Clerk Maxwell mengembangkan teori listrik dan magnet yang menunjukkan bahwa
cahaya adalah gelombang elektromagnetik dan perubahan medan listrik akan
menghasilkan medan magnet. Maxwell menguatkan teorinya ke dalam persamaan
matematis yang dapat membuktikan cahaya adalah gelombang elektromagnet.
Pada tahun 1887, Heartz
melakukan percobaan memercikkan bunga api listrik di antara dua kutub. Pengaruh
bunga api yang petama harus dibawa sebagai gelombang melalui udara sehingga
menimbulkan bunga api yang kedua. Berdasarkan hal ini dia membuktikan secara experimental bahwa
gelombang mirip seperti gelombang cahaya, karena menunjukkan gejala pemantulan,
pembiasan, difraksi, dan polarisasi.
Sejarah Perkembangan MRI
Magnetic Resonance Imaging
(MRI) merupakan alat medis yang berfungsi untuk mencitrakan organ dalam
manusia. MRI mengidentifikasi atom-atom yang berperilaku dalam medan magnet
merupakan alat dengan metode noninvasif yang sangat berguna untuk membayangkan
struktur tubuh internal dan mendiagnosis suatu penyakit. Berikut dipaparkan
sejarah penemuan MRI.
Pada tahun 1927, Otto Stern dan Walther Gerlach dapat
mengirimkan berkas tipis atom perak melalui medan magnet nonhomogen yang kuat,
dan mengamati bahwa sinar dipisahkan menjadi dua sub-berkas yang berbeda, atom
dalam berkas yang telah dibelokkan sedikit sesuai arah mereka momen magnetik.
Pada tahun 1931 Rabi mendirikan laboratorium berkas molekul dan meneliti
penentuan spin dan momen magnetik yang terkait natrium. Hasilnya momen magnetik
nuklir dan jauh lebih kecil daripada elektron. Rabi dan Gregory Breit menemukan
cara untuk memodifikasi aparat Stern-Gerlach klasik untuk menemukan spin
natrium. Pada tahun 1930-an, Rabi meningkatkan metode sinar molekul dan
menggunakannya untuk mengumpulkan nilai-nilai yang semakin akurat untuk spin
atom, termasuk hidrogen dan deuterium. Upaya ini mencapai puncaknya dalam
metode resonansi magnetik yang merupakan dasar untuk pencitraan resonansi
magnetik. Momen magnetik cenderung untuk menyelaraskan baik paralel atau
antiparalel ke medan magnet luar, dan cenderung berperilaku seperti puncak,
precessing tentang arah medan magnet, dengan frekuensi yang tergantung pada
kekuatan medan magnet dan momen magnetik nuklir atom. Pada tahun 1937 Rabi
meramalkan bahwa momen magnetik inti dalam percobaan ini bisa dibujuk untuk
flip orientasi mereka jika mereka diserap energi dari gelombang elektromagnetik
dari frekuensi yang tepat. Juga akan memancarkan jumlah energi ini dalam jatuh
kembali ke orientasi energi yang lebih rendah. Rabi akan mampu mendeteksi
transisi ini dari satu negara ke yang lain. Dia menyebut metode sinar molekul
resonansi magnetik nya. Rabi dan timnya memodifikasi alat berkas molekul
sehingga berkas juga terkena sinyal frekuensi radio karena perjalanan melalui
medan magnet. Tuning baik medan magnet eksternal atau frekuensi radio dapat
menghasilkan resonansi. Mereka mengamati penyerapan resonansi magnetik pertama
pada tahun 1938, dengan berkas molekul lithium klorida. Setiap atom atau
molekul memiliki pola karakteristik frekuensi resonansi. Terdeteksi serangkaian
resonansi dalam molekul berbeda yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
jenis atom atau molekul dan memberikan lebih detail ke struktur molekul. Rabi
dianugerahi Penghargaan Nobel pada tahun 1944 untuk metode resonansinya untuk
merekam sifat magnetik inti atom.
Pada
tahun 1946 Edward Purcell dan Felix Bloch menemukan cara untuk mempelajari
sifat magnetik resonansi atom dan molekul dalam padatan dan cairan, bukan atom
individu atau molekul seperti pada metode berkas molekul Rabi. Edward Purcell
dan Felix Bloch mengemukakan teori bahwa inti atom bersifat sebagai magnet
kecil, dan inti atom membuat pinning dan
precessing. Dengan penemuan tersebut
mereka mendapat hadiah nobel pada tahun 1952. Pada prinsip ini proton yang
merupukan inti atom hydrogen dalam sel tubuh berputar (spining ), bila atom hydrogen ini ditembak tegak lurus pada
intinya dengan radio frekuensi tinggi didalam medan magnet secara periodik akan
beresonansi, maka proton tersebut akan bergerak menjadi searah/sejajar. Jila
radio frekuensi tinggi ini dimatikan, maka proton yang bergetar tadi akan
kembali keposisi semula dan akan menginduksi dalam satu kumparan untuk
menghasilkan sinyal elektrik yang lemah. Bila hal ini terjadi berulang-ulang
dan sinyal elektrik tersebut ditangkap kemudian diproses dalam komputer akan
dapat disusun menjadi suatu gambar. Dari hasil penemuan kedua orang diatas
kemudian lahirlah alat Nuclear Magnetic
Resonance (NMR) Spectrometer. Kemudian, NMR dikembangkan lebih lanjut ke
teknik pencitraan yang sekarang umum digunakan untuk diagnosis medis.
Pada tahun 1970, Raymond Damadian menemukan dasar untuk
menggunakan pencitraan resonansi magnetik sebagai alat untuk diagnosis medis.
Dia menemukan bahwa berbagai jenis jaringan hewan memancarkan sinyal respon
yang berbeda-beda panjangnya, dan jaringan kanker memancarkan sinyal respon
yang berlangsung lebih lama dari jaringan non kanker. Kurang dari dua tahun kemudian ia mengajukan
idenya untuk menggunakan pencitraan resonansi magnetik sebagai alat untuk
diagnosis medis dengan Kantor Paten Amerika Serikat, yang berjudul
"Apparatus and Method for Detecting Cancer in Tissue". Paten
diberikan pada tahun 1974, itu adalah hak paten pertama di dunia yang
dikeluarkan di bidang MRI. Pada tahun 1977, Damadian menyelesaikan pembangunan
pertama MRI scanner untuk seluruh tubuh yang dikenal dengan Indomitable. Disisi lain pengembangan MRI
didukung dengan adanya computed tomography ( menggunakan teknik komputer untuk
mengembangkan gambar dari informasi MRI ) pada tahun 1973 oleh Hounsfield dan echo - planar imaging (teknik pencitraan
yang cepat ) pada tahun 1977 oleh Mansfield.
Pada tahun 1974, gambaran MRI dari makhluk hidup yang pertama
dihasilkan oleh Damadian, yaitu berupa gambaran jaringan tubuh dari tikus
percobaan yang menderita tumor. Pada tanggal 3 Juli 1977 subjek manusia manusia
hidup dicitrakan dengan menggunakan MRI. Pada tahun 1979, University of
Nottingham Group memproduksi gambaran potongan coronal dan sagittal (disamping
potongan aksial) dengan NMR. Pada tahun 1984 NMR dirubah menjadi Magnetic
Resonance Imaging (MRI) dan diletakkan di bagian Radiologi. Mesin MRI tersedia
secara komersial pada 1980-an, dan sekarang umum digunakan untuk pencitraan
struktur internal tubuh, jaringan terutama lembut seperti otak.
Pada tahun 2003, penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau
Kedokteran diberikan kepada Paul C Lauterbur dan Peter Mansfield atas penemuan
mereka mengenai Magnetic Resonance Imaging. Paul Lauterbur, seorang Profesor Kimia di Universitas Negeri New
York di Stony Brook menulis sebuah makalah tentang teknik pencitraan baru yang
disebutnya zeugmatography (dari zeugmo Yunani yang berarti kuk atau bergabung
bersama-sama). Lauterbur menyatakan konsep gradient yang disisipkan pada medan magnetik spectrometer
sehingga dimungkinkan untuk menghasilkan informasi spasial melalui pancaran
gelombang Radio Frekuensi ke dan dari obyek. Konsep yang didesain oleh
Lauterbur ini kemudian menghasilkan gambaran dua dimensi dari obyek
percobaannya dua buah tabung berisi air. Percobaan pencitraan yang dilakukan Lauterbur
memajukan ilmu dari satu dimensi spektroskopi NMR ke dua dimensi orientasi
spasial-dasar MRI. Kemudian Peter Mansfield (Inggris) mengembangkan pemanfaatan
gradien dalam medan magnet. Dia dapat menunjukkan bagaimana sinyal dapat
dianalisis secara matematis yang memungkinkan untuk mengembangkan teknik
pencitraan yang lebih unggul. Peter Mansfield juga menunjukkan bagaimana
pencitraan sangat cepat. Proses matematis tersebut dapat mempercepat konversi
signal menjadi data gambar yang
penggambarannya berjam-jam seperti yang dilakukan Damadian menjadi
proses yang hanya menitan.
Prinsip
Kerja MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah alat medis yang
menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh atau organ manusia dengan
menggunakan medan magnet berkekuatan besar dan resonansi getaran terhadap inti
atom hidrogen. Medan magnet utama dalam scanner MRI biasanya memiliki kekuatan medan
sekitar 2 T. Kira-kira 50.000 kali lebih kuat maka medan magnet bumi sekitar 0,0005 T. Magnet biasanya
merupakan magnet superkonduktor dengan
kumparan didinginkan sampai sekitar 4 K oleh cairan Helium. Dalam kondisi ini
kumparan tidak memiliki ketahanan terhadap arus listrik. Oleh karena itu, arus
akan berjalan selamanya jika kumparan membentuk rangkaian tertutup, tanpa
membutuhkan power supply eksternal. Magnet
selalu dihidupkan bahkan di malam hari. Kumparan dan Helium cair
diletakkan pada sebuah termostat besar untuk mencegah panas keluar. Waktu scan
0,5 detik per slice dengan 512 × 512 piksel. Ketebalan slice biasanya terletak
antara 0,5 dan 2 mm.
Adapun komponen secara
garis besar pada MRI terdiri dari:
1. Sistem
magnet yang berfungsi membentuk medan magnet.
2. Sistem
pencitraan berfungsi membentuk citra yang terdiri dari tiga buah kumparan,
yaitu: gradien coil X untuk membuat citra potongan sagittal, gardien coil Y untuk membuat citra
potongan koronal, gradien coil Z
untuk membuat citra potongan aksial.
3. Sistem
frekuensi radio berfungsi membangkitkan dan memberikan radio frekuensi serta
mendeteksi sinyal.
4. Sistem
komputer berfungsi untuk membangkitkan sekuens pulsa, mengontrol semua komponen
alat MRI dan menyimpan memori beberapa citra.
5. Sistem
pencetakan citra, fungsinya untuk mencetak gambar pada film rontgent atau untuk
menyimpan citra.
Bagian-bagian dasar MRI dapat dilihat pada Gambar 1.
Bagian-bagian dasar MRI dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Bagian-bagian
dasar MRI
Adapun posisi gradien coil
digambarkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Gradien coil
Gradien
pada Bo pada arah Z dihasilkan dengan sebuah kumparan jenis antihelmholtz. Arus
dalam dua kumparan melewati pada posisi berlawanan membentuk gradien medan
magnet diantara dua coil. Medan magnet B pada salah satu kumparan ditambahkan
ke medan magnet Bo ketika medan magnet B pada pusat kumaran lain mengurangi
dari medan magnet Bo.
Gambar 3. Prinsip kerja MRI
Prinsip
kerja MRI yaitu pasien ditempatkan ke dalam magnet, dan gelombang elektromagnet
pulsa diterapkan untuk membangkitkan Nuclide di dalam tubuh. Struktur atom
Hidrogen di dalam tubuh manusia saat diluar medan magnet mempunyai arah yang
acak dan tidak membentuk keseimbangan. Ketika diletakkan dalam MRI maka atom
Hidrogen akan sejajar dengan arah medan magnet. Begitupula arah spining dan precessing
akan sejajar dengan arah medan magnet. Ketika diberikan frekuensi radio (radio frequency/RF), maka atom Hidrogen
akan mengabsorbsi energi dari frekuensi radio. Sehingga bertambahnya energi
mengakibatkan atom Hidrogen akan mengalami pembelokkan dan besarnya pembelokkan
arah dipengaruhi oleh besar dan lamanya energi frekuensi radio yang diberikan. Ketika frekuensi radio
diberhentikan maka atom Hidrogen akan sejajar kembali dengan arah medan magnet.
Ketika kembali maka atom Hidrogen akan memancarkan energi yang dimilikinya.
Lalu energi yan berupa sinyal tersebut dideteksi dengan detektor. Kemudian
komputer mengolah dan merekonstruksi citra berdasarkan sinyal yang diperoleh
dari berbagai irisan.
Atom yang
digunakan dalam MRI adalah Hidrogen karena merupakan elemen yang paling umum
dalam tubuh manusia dan memberikan sinyal NMR terkuat. Perangkat MRI
ditampilkan dalam Gambar 4. kumparan besar mengatur medan magnet statis, dan
kumparan frekuesi radio menghasilkan pulsa gelombang elektromagnetik (foton)
yang menyebabkan inti untuk melompat dari tingkat energi yang lebih rendah ke
satu atasnya. Kumparan yang sama (atau kumparan lain ) dapat mendeteksi
penyerapan energi atau memancarkan radiasi (juga dari frekuensi f = ΔE / h )
ketika inti melompat kembali ke tingkat dasar.
Gambar 4. Orang di dalam MRI
Salah satu
teknik untuk memberikan gradien medan magnet statis. Artinya, bukan menerapkan magnet BT bidang homogen,
bidang ini dibuat bervariasi dengan posisi
melintasi lebar pasien. Karena frekuensi diserap oleh inti Hidrogen
sebanding dengan BT,maka hanya satu bidang dalam tubuh akan memiliki
nilai yang tepat dari BT untuk menyerap foton frekuensi f tertentu .
Dengan memvariasikan f , penyerapan oleh bidang yang berbeda dapat diukur.
Bergantian jika gradien medan diterapkan
setelah pulsa frekuensi radio, frekuensi foton yang dipancarkan akan menjadi
ukuran di mana dipancarkan seperti
gambar 5. Jika gradien medan magnet dalam satu arah yang diterapkan selama
eksitasi (penyerapan foton) dan foton satu frekuensi yang dikirim, hanya H
inti dalam satu iris tipis akan timbul. Dengan menerapkan gradien dalam arah
yang berbeda, tegak lurus yang pertama, selama reemission, frekuensi f dari
radiasi dipancarkan kembali akan mewakili kedalaman dalam slice tersebut.
Gambar 5. Medan magnet statis yang lebih
kuat di bawah daripada di atas.
Frekuensi f terbsorbsi sebanding dengan B pada
MRI.
Secara ringkas proses pembentukan
gambar terdapat pada Gambar 6.
Gambar 6.
Proses pembentukkan gambar pada MRI
Beberapa
kelebihan MRI dibandingkan dengan pemeriksaan CT Scan yaitu: (1) MRI lebih
unggul untuk mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak seperti otak,
sumsum tulang serta muskuloskeletal, (2) mampu memberi gambaran detail anatomi
dengan lebih jelas, (3) mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi, perfusi dan
spektroskopi yang tidak dapat dilakukan
dengan CT Scan, (4) mampu membuat
gambaran potongan melintang, tegak, dan miring tanpa merubah posisi pasien, (5)
MRI tidak menggunakan radiasi pengion.
Adapun beberapa contoh
citra gambar hasil scan MRI disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7.
Hasil scan MRI
Daftar Pustaka
Afika, B. (2013). Manfaat Magnet
dalam Bidang Kesehatan. http://afikamy20.blogspot.com/2013/06/manfaat-magnet-dalam-bidang-kesehatan.html.
Andrew. Introduction
to MRI. http://www.e-smi.eu/uploads/media/MR_Fundamentals_Introduction_MR_Physics_Fagan.pdf.
Bellis, M. Magnetic Resonance Imaging MRI. http://inventors.about.com/od/mstartinventions/a/MRI.htm.
Chodos,
A. (1995). MRI Uses Fundamental Physics for Clinical Diagnosis. http://www.aps.org/publications/apsnews/200607/history.cfm.
Heriyani & Nurdesiana. (2012). Perkembangan
Listrik dan Magnet. http://heriyanipendidikanfisika.blogspot.com/2013/07/perkembangan-listrik-dan-magnet.html.
Ikhwan. (2013). Perkembangan Keilmuan
Listrik Magnet dari Masa ke Masa. http://ikhwananakfisikaupi.blogspot.com/2013/05/perkembangan-keilmuan-listrik-magnet.html.
Notosiswoyo, M. & Suswati, S.
(2004). Pemanfaatan Magnetic Resonance Imaging (MRI) Sebagai Sarana
Diagnosa Pasien. Media Litbang Kesehatan Volume XIV Nomor 3 Tahun 2004.
http://unhas.ac.id/tahir/BAHAN-KULIAH/BIO-MEDICAL/TUGAS/TUGAS-006/MRI%20(%20MUHAMMAD%20YUNUS-D41102066%20)/Daftar%20Pustaka/mri.pdf.
Nunu. (2013). Sejarah Peekembangan
Magnetic Resonance Imaging (MRI). http://nurulsyahtiani93.blogspot.com/2013/11/sejarah-perkembangan-magnetic-resonance.html.
______Magnetic Resonance Imaging. http://www.fisme.science.uu.nl/pos/MI_2_3_4%20stfs%20mri.pdf.
Posting Komentar
0 Komentar