Type Here to Get Search Results !

Pemikiran Tokoh Filsafat Rene Descartes

Oleh: Delthawati Isti R. 



Rene Descartes (1596-1650) dikenal sebagai bapak filsafat modern. Rasionalisme klasik era Descartes merupakan awal dari terbentuknya pemikiran filsafat yang menyandarkan pengetahuan dari hasil berpikir. Adapun pemikiran-pemikiran dari Rene Descartes adalah sebagai berikut:
1.   Pengetahuan adalah keyakinan yang yang berdasarkan pada sebuah alasan yang kuat yang tidak bisa digoyahkan oleh alasan lain yang muncul kemudian. Metode yang digunakannya adalah meragukan semua pengetahuan yang ada. Decrates mengkategorikan pengetahuan  ke dalam tiga bagian dapat diragukan, yaitu:
a.   Pengetahuan yang berasal dari pengalaman inderawi dapat diragukan, contoh kita memasukkan kayu lurus ke dalam air maka akan tampak bengkok.
b.   Fakta umum tentang dunia, contoh api itu panas dan benda yang berat akan jatuh juga dapat diragukan.
c.   Logika dan Matematika, prinsip-prinsip logika dan matematika juga ia ragukan. Dia menyatakan bagaimana jika ada suatu makhluk yang berkuasa memasukkan ilusi dalam pikiran kita, dengan kata lain kita berada dalam suatu matriks.
Dari keraguan tersebut, Descrates mencari pengetahuan apa yang tidak dapat diragukan yang akhirnya mengantarkan pada premisnya Cogito Ergo Sum (aku berpikir maka aku ada). Baginya eksistensi pikiran manusia adalah sesuatu yang absolut dan tidak dapat diragukan.
Menurut Rene Descrates, terdapat empat  langkah untuk mencapai pengetahuan yang tidak ada lagi keraguannya yang dikenal dengan metode keraguan Descartes yaitu:
a.   Menerima tidak ada sesuatu yang benar (true). Hal ini berguna untuk mencegah adanya dugaan dan prasangka dalam menentukan kebenaran, untuk menerima kebenaran itu apa adanya yang tidak ada celah untuk meragukannya kembali.
b.   Mengelompokkan berbagai masalah yang akan diperiksa sebanyak yang bisa dilakukan dan yang dibutuhkan untuk mencapai kebenaran tersebut, yang kemudian diselesaikan dengan cara yang paling baik/tepat.
c.   Memasukkan pemikiran subjek (peneliti/pemikir) sesuai dengan masalahnya, dimulai dari objek yang paling mudah dimengerti, kemudian meningkatkannya secara perlahan atau dengan cara mengetahui yang paling rumit sesuai dengan keadaan sekalipun hal tersebut tidak nyata, yang diantaranya tidak sesuai dengan peristiwa alam yang saling berkaitan satu sama lain.
d.   Dengan memberikan penomoran atau perincian terhadap semua kasus dengan lengkap dan meninjau kembali secara umum supaya terhindar dari ketiadaan (nothing).
Lebih lanjut Descartes mengatakan bahwa sebenarnya keempat prinsip tersebut bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Descartes mengatakan, “rantai panjang dari pertimbangan yang sederhana dan mudah yang biasa dipakai oleh para ahli ilmu ukur untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan dari pemaparan-pemaparan mereka yang paling sulit, telah memimpin saya membayangkan bahwa segala sesuatu, sejauh pengetahuan manusia sanggup mencapainya, saling berhubungan dengan cara yang sama, dan bahwa tidak ada sesuatupun yang terlalu terpencil dari kita sehingga berada di luar jangkauan kita, atau terlalu tersembunyi sehingga kita tidak dapat menemukannya, asal saja kita menghindarkan diri dari menerima hal yang salah sebagai benar, dan senantiasa melindungi dalam pikiran kita aturan yang perlu untuk pengambilan kesimpulan (deduksi) mengenai satu kebenaran dari yang lainnya”. Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Descartes menganggap benar bahwa segala pengetahuan bersumber dari rasio manusia. Bahwa tidak ada satupun hal yang tidak dapat diketahui oleh manusia asalkan manusia mau menggunakan nalarnya.
2.    Tuhan sebagai makhluk sempurna yang tak terhingga. Gagasan tentang Tuhan itu muncul karena ada yang menaruh pikiran itu ke dalam pikiran manusia, yaitu Tuhan tersebut. Tuhan ketika menciptakan manusia telah menempatkan ide tentang eksistensi Tuhan ke dalam pikiran manusia  sebagai tanda bahwa manusia adalah hasil ciptaan-Nya
3.    Tuhan menciptakan manusia dengan ketidakmampuan untuk membuktikan bahwa benda material itu sejatinya tidak ada, bahkan Tuhan menciptakan manusia untuk memiliki kecenderungan bahwa benda material itu ada.
4.    Realitas itu terdiri dari tiga hal, yaitu: benda material yang terbatas seperti objek-objek fisik (meja, kursi, tubuh manusia, dan sebagainya), benda-benda mental-non material yang terbatas (pikiran dan jiwa manusia), dan benda mental yang tidak terbatas yaitu Tuhan
5.    Membedakan pikiran dan tubuh manusia yang membawanya kepada pembagian ilmu, yaitu realitas material sebagai ranah bagi keilmuan baru dan realitas mental bagi ranah keilmuan seperti ilmu agama, etika dan sejenisnya yang tidak berkaitan dengan objek material.
6.    Menciptakan dua istilah yang dianggap sebagai pondasi dasar dalam pemikiran rasionalisme. Istilah yang pertama adalah Cogito Ergo Sum, saya berpikir maka saya ada. Dengan berpikir manusia sudah membuktikan jika dirinya ada (exist). Pikiran adalah kunci keberadaan manusia. Hal ini berimplikasi jika manusia atau sesuatu tidak berpikir maka dia tidak ada. Sedangkan istilah kedua yaitu Sum Res Cogitans, saya adalah sebuah benda yang berpikir. Dari sini Descartes mulai menaruh pijakannya bahwa manusia adalah sebuah benda yang berpikir, benda yang mempunyai mental yaitu pikiran itu sendiri. Sebuah benda yang bisa meragukan, bisa mengerti, bisa menegaskan, bisa menolak, bisa berkehendak ataupun tidak berkehendak, bisa berimajinasi dan mempunyai pemikiran sendiri.
7.    Membedakan dengan jelas perbedaan antara imajinasi dan pemahaman dasar, yaitu: “Ketika pikiran memahami sesuatu, ia akan menggali pengetahuan yang ada di dalam pikiran tersebut dan mencari gagasan yang ada di dalamnya. Sedangkan ketika berimajinasi, pikiran akan menjelajahi seluruh tubuh dan mencari sesuatu pada tubuh tersebut yang sesuai dengan gagasan yang dipahami oleh pikiran atau disadari oleh perasaan.
8.    Membuat sebuah cara berpikir baru untuk hal-hal yang abstrak yang memberikan argumen pasti terhadap eksistensi benda-benda jasmani yang disebut sensory perception (tanggapan pancaindera).  Decrates menjelaskan metode yang dipakai untuk membedakan antara pikiran dan tubuh. Metode ini dimulai dengan mengembalikan semua hal yang disadari atau dipahami oleh panca indera dan menganggap bahwa hal-hal tersebut adalah benar, menemukan alasan untuk memikirkan hal ini (perbedaan tubuh dan pikiran). Kemudian menetapkan alasannya dan menempatkan hal-hal tersebut dalam keraguan. Langkah terakhir adalah mempertimbangkan satu-persatu yang mana yang harus diyakini kebenarannya.
9.    Tubuh manusia seperti sebuah mesin yang tersusun dari tulang, saraf, otot, urat, darah dan kulit. Sekalipun dalam tubuh tersebut tidak terdapat pikiran, tetap melaksanakan semua gerakan dengan alami yang mana gerakan tersebut tidak disertai dengan kehendak atau keinginan sebagai akibat ketiadaan pikiran.
10.  Pikiran memiliki alurnya sendiri yang bergerak bebas untuk menemukan pengetahuan dan membuktikan kebenaran sebagai akibat adanya keraguan dalam pengetahuan tersebut. Sedangkan tubuh adalah sebuah mekanisme yang bergerak secara alami dan terpisah dari pikiran walaupun pada dasarnya adalah satu kesatuan. Tubuh juga berfungsi sebagai proyeksi dari pikiran dan menangkap hal-hal yang kemudian diolah oleh pikiran untuk menjadi sebuah pengetahuan. Kombinasi dari tubuh dan pikiran merupakan bukti bahwa Tuhan itu ada dan menjadi salah satu masterpiece ciptaan-Nya yang paling sempurna dari sifat kesempurnaan yang dimiliki-Nya,
11.  Terdapat perbedaan besar antar pikiran dan tubuh, tubuh dengan alaminya bisa dibagi (terpisah) sedangkan pikiran tidak dapat dipisahkan. Ketika ia memikirkan tentang pikirannya, ia tidak bisa membedakan bagian-bagian dari dirinya, ia memahami dengan jelas bahwa pikiran adalah sesuatu yang menyatu  dan lengkap. Walaupun pikiran sepertinya menyatu dengan tubuh, akan tetapi jika ada bagian tubuh yang terlepas, tidak ada bagian dari pikiran yang ikut terlepas.
12.  Memandang tubuh manusia dan binatang sebagai mesin; binatang dianggapnya sebagai mesin otomatis yang seluruhnya dikendalikan oleh hukum-hukum fisika, dan dia mengabaikan perasaan atau kesadaran. Manusia itu berbeda-beda, mereka memiliki jiwa yang bersemayam di sumsum tulang belakang. Di sana jiwa berhubungan dengan “roh-roh penting”, dan melalui hubungan ini, terjadi interaksi antara jiwa dan tubuh, jumlah total gerak di alam semesta ini tetap, dan makanya jiwa tidak dapat mempengaruhinya, tetapi jiwa dapat mengubah arah gerak roh-roh penting dan, secara tidak langsung, bergerak bagian-bagian tubuh lainnya.
13.  Menekankan pentingnya mengendalikan hasrat-hasrat dalam badan kita, sehingga jiwa semakin menguasai tingkah laku kita. Dengan cara itu manusia menjadi mahluk yang memiliki kebebasan spiritual. Hasrat atau nafsu dimengerti sebagai keadaan pasif dari jiwa. Ada enam nafsu pokok, yakni: cinta, kebencian, kekaguman, gairah, kegembiraan dan kesedihan. Jika manusia mampu mengendalikan keenam nafsu ini, dia akan bebas dan independen. Akan tetapi Descartes beranggapan bahwa otonomi manusia tidak pernah mutlak, sebab kebebasannya dituntun berdasarkan penyelenggaraan ilahi.
14.  Seluruh alam (kecuali Tuhan dan jiwa manusia) bekerja secara mekanis, dan karena itu semua peristiwa alami dapat dijelaskan secara dan dari sebab-musabab mekanis. Atas dasar ini dia menolak anggapan-anggapan astrologi, magis dan lain-lain ketahayulan.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran Rene Descartes yang telah diuraikan di atas dapat diketahui bahwa:
1.  Pengetahuan tidak boleh langsung diterima begitu saja. Mencari kebenaran pengetahuan diawali dengan cara meragukannya. Dengan demikian akan mendapatkan kebenaran yang sesungguhnya sepanjang waktu. Pengetahuan yang tidak diragukan dapat diperoleh dengan cara (1) menerima bahwa tidak ada sesuatu yang benar, (2) mengelompokkan berbagai masalah yanga akan diperiksa, (3) memasukkan pemikiran pemikir sesuai masalahnya, dan (4) memberikan perincian terhadap semua kasus dengan lengkap untuk meninjau kembali secara umum. Berarti segala pengetahuan bersumber pada pemikiran dengan rasio yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri. Dengan pemikiran ini, ilmu pengetahuan akan berkembang terus dan menjadikan manusia lebih berpikir kritis terhadap segala sesuatu.
2.   Decrates menciptakan pondasi dasar dalam pemikiran rasionalisme yaitu Cogito Ergo Sum (saya berpikir maka saya ada) dan Sum Res Cogitans (saya adalah sebuah benda yang berpikir). Manusia menunjukkan dirinya ada dengan berpikir dan pada dasarnya manusia sudah memiliki fitrah berpikir. Sehingga memiliki kemampuan dapat mengerti, meragukan, menolak, berkehendak, tidak berkehendak,  berimajinasi, dan mempunyai pemikiran sendiri terhadap sesuatu. Pikiran memiliki alurnya sendiri yang bergerak bebas dalam menemukan pengetahuan dan membuktikan kebenaran sebagai akibat adanya keraguan dalam pengetahuan tersebut. Tubuh difungsikan sebagai proyeksi dari pikiran dan menangkap hal-hal yang kemudian diolah oleh pikiran untuk menjadi sebuah pengetahuan. Dengan dua dasar pemikiran ini maka manusia dapat menjadi terus berkembang dan berlomba-lomba untuk menghasilkan ilmu pengetahuan, penemuan, teknologi, sistem, ataupun alat-alat yang dapat membantu kehidupan manusia.
3.  Manusia merasakan bahwa dirinya adalah ciptaan Tuhan. Manusia akan bebas jika dapat mengendalikan hasrat (cinta, kebencian, kekaguman, gairah, kegembiraan, dan kesedihan). Namun otonomi manusia tidak pernah mutlak, sebab kebebasannya dituntun berdasarkan ketentuan Tuhan. Hal ini berarti Tuhan Maha Besar yang menciptakan dan mengatur manusia ataupun segala ciptaannya. Sebagai mahkluk ciptaan Tuhan, manusia harus dapat mengatur tingkah laku sesuai dengan ketentuan Tuhan. 

Daftar Pustaka



Wikipedia. René Descarteshttp://id.wikipedia.org/wiki/Ren%C3%A9_Descartes

Tags

Posting Komentar

0 Komentar