Type Here to Get Search Results !

Tanpa judul

Aplikasi Listrik Magnet Pada Magnetic Resonance Imaging  (MRI) untuk Mencitrakan Organ Dalam Manusia

Oleh: Delthawati Isti R.


     Fisika berperan dalam perkembangan teknologi untuk membantu manusia. Elektomagnetisme (listrik magnet) merupakan interaksi medan listrik dan medan magnet. Sebagai contoh, ketika arus listrik melalui kawat bearus listrik maka akan timbul medan magnet. Medan magnet yang terbentuk terdiri dari garis-garis gaya yang mengelilingi kawat. Ketika kawat melingkar di sekitar batang besi, garis-garis gaya akan memperkuat membentuk elektromagnet. Listrik magnet memiliki beberapa kegunaan dan aplikasi praktis yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari hari seperti kipas angin, relay, compact disk, bel listrik, telepon, dan lain-lain.
       Listrik magnet juga memberikan sumbangan kemajuan teknologi pada bidang kedokteran. Salah satu alat medis yang menggunakan prinsip listrik magnet adalah MRI (Magnetic Resonance Imaging) yaitu alat untuk melakukan penggambaran diagnosa penyakit dengan menggunakan medan magnet yang sangat besar dan gelombang frekuensi radio. Peralatan canggih ini dapat memindai rincian setiap menit dalam tubuh manusia.
       Pemeriksaan MRI bertujuan mengetahui karakteristik morpologik (lokasi, ukuran, bentuk,  perluasan dari keadaan patologis. Tujuan tersebut dapat diperoleh dengan menilai  salah satu atau kombinasi gambar penampang  tubuh akial, sagittal, koronal atau oblik tergantung pada letak organ dan kemungkinan  patologinya (Notosiswoyo & Suswati, 2004). MRI dapat mencitrakan gambar sangat jelas dan lebih sensitif untuk menilai anatomi jaringan lunak dalam tubuh, terutama otak, sumsum tulang belakang, susunan saraf dibandingkan dengan pemeriksaan dengan sinar-X maupun CT scan. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan dengan MRI yaitu evaluasi anatomi dan kelainan dalam rongga dada, organ organ dalam perut, pembuluh darah, dan jantung (Afika, 2013). MRI tidak menimbulkan rasa sakit karena tidak menggunakan sinar-X dalam proses memindai. 

    Sejarah Perkembangan Listrik Magnet
Perkembangan keilmuan listrik magnet dimulai oleh Thales seorang filsuf Yunani. Thales menemukan sebuah fenomena sejenis besi yang dapat menarik serbuk besi dan menyebutnya batu Magnesian. Thales juga menemukan amber, yang jika digosokkan akan menimbulkan gaya tarik listrik sehingga dapat menarik objek lain seperi bulu-bulu dan potongan daun kering.
Pada tahun 1269, Peter Peregrinus (Prancis) dapat menentukan atau mengidentifikasi kutub magnet jika dia memiliki magnet yang salah satu kutubnya telah diketahui berdasarkan prinsip jika ada dua kutub magnet yang berbeda didekatkan maka akan tarik menarik dan dua kutub magnet yang sama didekatkan maka akan tolak menolak.
Pada tahun 1600, William Gilbert (Inggris) menyarankan pemberian nama  electrics pada amber. Istilah ini menunjukkan benda yang memiliki  setelah digosokkan atau telah mendapat muatan listrik. Dia juga menemukan benda-benda yang dapat diberi muatan seperti amber. Kemudian pada tahun 1646, Thomas Brown (Inggris) menggunakan istilah electricity (listrik).
Pada tahun 1672, Otto Von Guericke (Jerman) menemukan bahwa listrik dapat mengalir melalui suatu zat. Ketika itu zat yang digunakan adalah benang linen. Pada tahun 1729 Stephen Gray  memiliki gabus yang di dalamnya tertancap bola gading dengan tongkat panjang yang ditempatkan di ujung tabung. Alat tersebut menjadi bermuatan listrik ketika tabung tersebut digosok. Aliran listrik menyebar ke seluruh materi melalui gabus dan tongkat ke bola gading. Hal ini menunjukkan bahwa listrik tidak sepenuhnya statis tetapi mungkin bergerak. Dia juga berhasil berhasil mencatat beberapa benda yang bertindak sebagai konduktor dan isolator listrik. 
Pada tahun 1733, Charles Du Fay mendukung ide tentang tolakan dan tarikan elektrostatis. Du Fay melakukan percobaan dengan memberikan listrik ke potongan-potongan gabus dengan cara menyentuhkan batang kaca yang telah diberi listrik dengan menggosoknya dan terjadi tarik menarik. Tetapi ketika gabus yang telah diberikan listrik didekatkan dengan gabus lain terjadi tolak menolak. Berdasarkan hal tersebut, Du Fay menyatakan bahwa terdapat dua jenis aliran listrik yaitu, vitreous dan resinous. 
Pada tahun 1752, Benjamin Franklin (Amerika) merumuskan teori bahwa listrik merupakan sejenis fluida yang dapat mengalir dari satu benda ke benda lain. Franklin juga menjelaskan bahwa kilat merupakan salah satu gejala kelistrikan.
Tahun 1785 Charles Augustin de Coloumb menyatakanhukum Coulomb yaitu gaya tarik dan gaya tolak kelistrikan antara dua benda yang bermuatan listrik adalah perkalian muatannya dengan kuadrat terbalik dari jaraknya. Dia juga mendapatkan gaya magnet juga mengikuti hukum kuadrat terbalik seperti gaya listrik statis.
Pada tahun 1791, Luigi Galvani (Italia) mengumumkan hasil percobaannya yaitu otot pada kaki katak akan berkontraksi ketika di beri arus listrik. Dia menyentuh kaki katak dengan pengait tembaga yang digantungkan pada rel besi dan kaki katak mengendut. Dia berpikir bahwa dia menemukan listrik hewan.
Pada tahun 1800, Alessandro Volta (Italia) menciptakan baterai pertama. Volta melakukan percobaan tumpukan koin dari dua jenis metal yang berbeda dan  memisahkan koin dengan kartu yang telah direndam dalam larutan garam hasilnya  menghasilkan arus listrik. Inilah baterai yang pertama atau yang disebut elemen volta.
Pada tahun 1819, Hans Christian Oersted menemukan keterkaitan antara listrik dan magnet. Dia melakukan percobaan yang hasilnya kawat lurus berarus mempengaruhi kedudukan jarum kompas yang tepat dibawahnya. Kemudian Andre Marie Ampere menyatakan hukum yang menjelaskan arah medan magnet yang di hasilkan oleh arus listrik. Ampere merupakan orang pertama yang mengamati bahwa dua batang konduktor yang diletakkan berdampingan dan keduanya mengalir arus listrik searah akan saling tarik menarik sedangkan jika berlawanan arah akan saling tolak.
Pada tahun 1827, George Simon Ohm (Jerman) menjelaskan kemampuan beberapa zat dalam menghantarkan arus listrik dan mengemukakan hukum Ohm tentang hantaran listrik. Pada awal 1830, Michael Faraday melakukan percobaan meletakkan kertas di atas magnet batang kemudian menaburkan serpihan besi di atas kertas. Dari percobaan dihasilkan serpihan besi membentuk garis medan magnetik yang berbentuk simpal. Garis medan magnetik tidak mempunyai awal dan akhir. Kemudian Michael Faraday dan Joseph Henry memperagakan dalam percobaan terpisah bahwa medan magnetik yang berubah akan menghasilkan medan listrik yang kemudian menghasilkan arus listrik (arus induksi).
Sekitar tahun 1860, James Clerk Maxwell mengembangkan teori listrik dan magnet yang menunjukkan bahwa cahaya adalah gelombang elektromagnetik dan perubahan medan listrik akan menghasilkan medan magnet. Maxwell menguatkan teorinya ke dalam persamaan matematis yang dapat membuktikan cahaya adalah gelombang elektromagnet.
Pada tahun 1887, Heartz melakukan percobaan memercikkan bunga api listrik di antara dua kutub. Pengaruh bunga api yang petama harus dibawa sebagai gelombang melalui udara sehingga menimbulkan bunga api yang kedua. Berdasarkan hal ini dia  membuktikan secara experimental bahwa gelombang mirip seperti gelombang cahaya, karena menunjukkan gejala pemantulan, pembiasan, difraksi, dan polarisasi.

     Sejarah Perkembangan MRI
Magnetic Resonance Imaging  (MRI) merupakan alat medis yang berfungsi untuk mencitrakan organ dalam manusia. MRI mengidentifikasi atom-atom yang berperilaku dalam medan magnet merupakan alat dengan metode noninvasif yang sangat berguna untuk membayangkan struktur tubuh internal dan mendiagnosis suatu penyakit. Berikut dipaparkan sejarah penemuan MRI.
       Pada tahun 1927, Otto Stern dan Walther Gerlach dapat mengirimkan berkas tipis atom perak melalui medan magnet nonhomogen yang kuat, dan mengamati bahwa sinar dipisahkan menjadi dua sub-berkas yang berbeda, atom dalam berkas yang telah dibelokkan sedikit sesuai arah mereka momen magnetik. Pada tahun 1931 Rabi mendirikan laboratorium berkas molekul dan meneliti penentuan spin dan momen magnetik yang terkait natrium. Hasilnya momen magnetik nuklir dan jauh lebih kecil daripada elektron. Rabi dan Gregory Breit menemukan cara untuk memodifikasi aparat Stern-Gerlach klasik untuk menemukan spin natrium. Pada tahun 1930-an, Rabi meningkatkan metode sinar molekul dan menggunakannya untuk mengumpulkan nilai-nilai yang semakin akurat untuk spin atom, termasuk hidrogen dan deuterium. Upaya ini mencapai puncaknya dalam metode resonansi magnetik yang merupakan dasar untuk pencitraan resonansi magnetik. Momen magnetik cenderung untuk menyelaraskan baik paralel atau antiparalel ke medan magnet luar, dan cenderung berperilaku seperti puncak, precessing tentang arah medan magnet, dengan frekuensi yang tergantung pada kekuatan medan magnet dan momen magnetik nuklir atom. Pada tahun 1937 Rabi meramalkan bahwa momen magnetik inti dalam percobaan ini bisa dibujuk untuk flip orientasi mereka jika mereka diserap energi dari gelombang elektromagnetik dari frekuensi yang tepat. Juga akan memancarkan jumlah energi ini dalam jatuh kembali ke orientasi energi yang lebih rendah. Rabi akan mampu mendeteksi transisi ini dari satu negara ke yang lain. Dia menyebut metode sinar molekul resonansi magnetik nya. Rabi dan timnya memodifikasi alat berkas molekul sehingga berkas juga terkena sinyal frekuensi radio karena perjalanan melalui medan magnet. Tuning baik medan magnet eksternal atau frekuensi radio dapat menghasilkan resonansi. Mereka mengamati penyerapan resonansi magnetik pertama pada tahun 1938, dengan berkas molekul lithium klorida. Setiap atom atau molekul memiliki pola karakteristik frekuensi resonansi. Terdeteksi serangkaian resonansi dalam molekul berbeda yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis atom atau molekul dan memberikan lebih detail ke struktur molekul. Rabi dianugerahi Penghargaan Nobel pada tahun 1944 untuk metode resonansinya untuk merekam sifat magnetik inti atom.
Pada tahun 1946 Edward Purcell dan Felix Bloch menemukan cara untuk mempelajari sifat magnetik resonansi atom dan molekul dalam padatan dan cairan, bukan atom individu atau molekul seperti pada metode berkas molekul Rabi. Edward Purcell dan Felix Bloch mengemukakan teori bahwa inti atom bersifat sebagai magnet kecil, dan inti atom membuat pinning dan precessing. Dengan penemuan tersebut mereka mendapat hadiah nobel pada tahun 1952. Pada prinsip ini proton yang merupukan inti atom hydrogen dalam sel tubuh berputar (spining ), bila atom hydrogen ini ditembak tegak lurus pada intinya dengan radio frekuensi tinggi didalam medan magnet secara periodik akan beresonansi, maka proton tersebut akan bergerak menjadi searah/sejajar. Jila radio frekuensi tinggi ini dimatikan, maka proton yang bergetar tadi akan kembali keposisi semula dan akan menginduksi dalam satu kumparan untuk menghasilkan sinyal elektrik yang lemah. Bila hal ini terjadi berulang-ulang dan sinyal elektrik tersebut ditangkap kemudian diproses dalam komputer akan dapat disusun menjadi suatu gambar. Dari hasil penemuan kedua orang diatas kemudian lahirlah alat Nuclear Magnetic Resonance (NMR) Spectrometer. Kemudian, NMR dikembangkan lebih lanjut ke teknik pencitraan yang sekarang umum digunakan untuk diagnosis medis.
       Pada tahun 1970, Raymond Damadian menemukan dasar untuk menggunakan pencitraan resonansi magnetik sebagai alat untuk diagnosis medis. Dia menemukan bahwa berbagai jenis jaringan hewan memancarkan sinyal respon yang berbeda-beda panjangnya, dan jaringan kanker memancarkan sinyal respon yang berlangsung lebih lama dari jaringan non kanker.  Kurang dari dua tahun kemudian ia mengajukan idenya untuk menggunakan pencitraan resonansi magnetik sebagai alat untuk diagnosis medis dengan Kantor Paten Amerika Serikat, yang berjudul "Apparatus and Method for Detecting Cancer in Tissue". Paten diberikan pada tahun 1974, itu adalah hak paten pertama di dunia yang dikeluarkan di bidang MRI. Pada tahun 1977, Damadian menyelesaikan pembangunan pertama MRI scanner untuk seluruh tubuh yang dikenal dengan  Indomitable. Disisi lain pengembangan MRI didukung dengan adanya computed tomography ( menggunakan teknik komputer untuk mengembangkan gambar dari informasi MRI ) pada tahun 1973 oleh Hounsfield  dan echo - planar imaging (teknik pencitraan yang cepat ) pada tahun 1977 oleh Mansfield.
       Pada tahun 1974, gambaran MRI dari makhluk hidup yang pertama dihasilkan oleh Damadian, yaitu berupa gambaran jaringan tubuh dari tikus percobaan yang menderita tumor. Pada tanggal 3 Juli 1977 subjek manusia manusia hidup dicitrakan dengan menggunakan MRI. Pada tahun 1979, University of Nottingham Group memproduksi gambaran potongan coronal dan sagittal (disamping potongan aksial) dengan NMR. Pada tahun 1984 NMR dirubah menjadi Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan diletakkan di bagian Radiologi. Mesin MRI tersedia secara komersial pada 1980-an, dan sekarang umum digunakan untuk pencitraan struktur internal tubuh, jaringan terutama lembut seperti otak.
       Pada tahun 2003, penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran diberikan kepada Paul C Lauterbur dan Peter Mansfield atas penemuan mereka mengenai Magnetic Resonance Imaging. Paul Lauterbur, seorang Profesor Kimia di Universitas Negeri New York di Stony Brook menulis sebuah makalah tentang teknik pencitraan baru yang disebutnya zeugmatography (dari zeugmo Yunani yang berarti kuk atau bergabung bersama-sama). Lauterbur menyatakan konsep gradient yang disisipkan pada medan magnetik spectrometer sehingga dimungkinkan untuk menghasilkan informasi spasial melalui pancaran gelombang Radio Frekuensi ke dan dari obyek. Konsep yang didesain oleh Lauterbur ini kemudian menghasilkan gambaran dua dimensi dari obyek percobaannya dua buah tabung berisi air. Percobaan pencitraan yang dilakukan Lauterbur memajukan ilmu dari satu dimensi spektroskopi NMR ke dua dimensi orientasi spasial-dasar MRI. Kemudian Peter Mansfield (Inggris) mengembangkan pemanfaatan gradien dalam medan magnet. Dia dapat menunjukkan bagaimana sinyal dapat dianalisis secara matematis yang memungkinkan untuk mengembangkan teknik pencitraan yang lebih unggul. Peter Mansfield juga menunjukkan bagaimana pencitraan sangat cepat. Proses matematis tersebut dapat mempercepat konversi signal menjadi data gambar yang  penggambarannya berjam-jam seperti yang dilakukan Damadian menjadi proses yang hanya menitan. 

     Prinsip Kerja MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah alat medis yang menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh atau organ manusia dengan menggunakan medan magnet berkekuatan besar dan resonansi getaran terhadap inti atom hidrogen. Medan magnet utama dalam scanner MRI biasanya memiliki kekuatan medan sekitar 2 T. Kira-kira 50.000 kali lebih kuat maka medan magnet bumi sekitar 0,0005 T. Magnet biasanya merupakan magnet superkonduktor dengan kumparan didinginkan sampai sekitar 4 K oleh cairan Helium. Dalam kondisi ini kumparan tidak memiliki ketahanan terhadap arus listrik. Oleh karena itu, arus akan berjalan selamanya jika kumparan membentuk rangkaian tertutup, tanpa membutuhkan power supply eksternal. Magnet  selalu dihidupkan bahkan di malam hari. Kumparan dan Helium cair diletakkan pada sebuah termostat besar untuk mencegah panas keluar. Waktu scan 0,5 detik per slice dengan 512 × 512 piksel. Ketebalan slice biasanya terletak antara 0,5 dan 2 mm.
Adapun komponen secara garis besar pada MRI terdiri dari:
1.   Sistem magnet yang berfungsi membentuk medan magnet.
2.  Sistem pencitraan berfungsi membentuk citra yang terdiri dari tiga buah kumparan, yaitu:  gradien coil X untuk membuat citra potongan sagittal, gardien coil Y untuk membuat citra potongan koronal, gradien coil Z untuk membuat citra potongan aksial.
3. Sistem frekuensi radio berfungsi membangkitkan dan memberikan radio frekuensi serta mendeteksi sinyal.
4.  Sistem komputer berfungsi untuk membangkitkan sekuens pulsa, mengontrol semua komponen alat MRI dan menyimpan memori beberapa citra.
5.  Sistem pencetakan citra, fungsinya untuk mencetak gambar pada film rontgent atau untuk menyimpan citra. 
Bagian-bagian dasar MRI dapat dilihat pada Gambar 1. 

                     Gambar 1. Bagian-bagian dasar MRI

       Adapun posisi gradien coil digambarkan pada Gambar 2.




                                      Gambar 2. Gradien coil

Gradien pada Bo pada arah Z dihasilkan dengan sebuah kumparan jenis antihelmholtz. Arus dalam dua kumparan melewati pada posisi berlawanan membentuk gradien medan magnet diantara dua coil. Medan magnet B pada salah satu kumparan ditambahkan ke medan magnet Bo ketika medan magnet B pada pusat kumaran lain mengurangi dari medan magnet Bo. 

Gambar 3. Prinsip kerja MRI

Prinsip kerja MRI yaitu pasien ditempatkan ke dalam magnet, dan gelombang elektromagnet pulsa diterapkan untuk membangkitkan Nuclide di dalam tubuh. Struktur atom Hidrogen di dalam tubuh manusia saat diluar medan magnet mempunyai arah yang acak dan tidak membentuk keseimbangan. Ketika diletakkan dalam MRI maka atom Hidrogen akan sejajar dengan arah medan magnet. Begitupula arah spining dan precessing akan sejajar dengan arah medan magnet. Ketika diberikan frekuensi radio (radio frequency/RF), maka atom Hidrogen akan mengabsorbsi energi dari frekuensi radio. Sehingga bertambahnya energi mengakibatkan atom Hidrogen akan mengalami pembelokkan dan besarnya pembelokkan arah dipengaruhi oleh besar dan lamanya energi frekuensi radio  yang diberikan. Ketika frekuensi radio diberhentikan maka atom Hidrogen akan sejajar kembali dengan arah medan magnet. Ketika kembali maka atom Hidrogen akan memancarkan energi yang dimilikinya. Lalu energi yan berupa sinyal tersebut dideteksi dengan detektor. Kemudian komputer mengolah dan merekonstruksi citra berdasarkan sinyal yang diperoleh dari berbagai irisan.
Atom yang digunakan dalam MRI adalah Hidrogen karena merupakan elemen yang paling umum dalam tubuh manusia dan memberikan sinyal NMR terkuat. Perangkat MRI ditampilkan dalam Gambar 4. kumparan besar mengatur medan magnet statis, dan kumparan frekuesi radio menghasilkan pulsa gelombang elektromagnetik (foton) yang menyebabkan inti untuk melompat dari tingkat energi yang lebih rendah ke satu atasnya. Kumparan yang sama (atau kumparan lain ) dapat mendeteksi penyerapan energi atau memancarkan radiasi (juga dari frekuensi f = ΔE / h ) ketika inti melompat kembali ke tingkat dasar.


                                   Gambar 4. Orang di dalam MRI

       Salah satu teknik untuk memberikan gradien medan magnet statis. Artinya,  bukan menerapkan magnet BT bidang homogen, bidang ini dibuat bervariasi dengan posisi  melintasi lebar pasien. Karena frekuensi diserap oleh inti Hidrogen sebanding dengan BT,maka hanya satu bidang dalam tubuh akan memiliki nilai yang tepat dari BT untuk menyerap foton frekuensi f tertentu . Dengan memvariasikan f , penyerapan oleh bidang yang berbeda dapat diukur. Bergantian  jika gradien medan diterapkan setelah pulsa frekuensi radio, frekuensi foton yang dipancarkan akan menjadi ukuran di mana dipancarkan  seperti gambar 5. Jika gradien medan magnet dalam satu arah yang diterapkan selama eksitasi (penyerapan foton) dan foton satu frekuensi yang dikirim, hanya H inti dalam satu iris tipis akan timbul. Dengan menerapkan gradien dalam arah yang berbeda, tegak lurus yang pertama, selama reemission, frekuensi f dari radiasi dipancarkan kembali akan mewakili kedalaman dalam slice tersebut.

Gambar 5. Medan magnet statis yang lebih kuat di bawah daripada di atas.
 Frekuensi f terbsorbsi sebanding dengan B pada MRI.

Secara ringkas proses pembentukan gambar terdapat pada Gambar 6.
       Gambar 6. Proses pembentukkan gambar pada MRI

Beberapa kelebihan MRI dibandingkan dengan pemeriksaan CT Scan yaitu: (1) MRI lebih unggul untuk mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak seperti otak, sumsum tulang serta muskuloskeletal, (2) mampu memberi gambaran detail anatomi dengan lebih jelas, (3) mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti  pemeriksaan difusi, perfusi dan spektroskopi  yang tidak dapat dilakukan dengan CT Scan, (4) mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak, dan miring tanpa merubah posisi pasien, (5) MRI tidak menggunakan radiasi pengion.
Adapun beberapa contoh citra gambar hasil scan MRI disajikan pada Gambar 7. 

                                                 Gambar 7. Hasil scan MRI


Daftar Pustaka


Afika, B. (2013). Manfaat Magnet dalam Bidang Kesehatanhttp://afikamy20.blogspot.com/2013/06/manfaat-magnet-dalam-bidang-kesehatan.html.

Andrew. Introduction to MRIhttp://www.e-smi.eu/uploads/media/MR_Fundamentals_Introduction_MR_Physics_Fagan.pdf.


Bellis, M. Magnetic Resonance Imaging MRI. http://inventors.about.com/od/mstartinventions/a/MRI.htm.
  

Chodos, A. (1995). MRI Uses Fundamental Physics for Clinical Diagnosishttp://www.aps.org/publications/apsnews/200607/history.cfm


Heriyani & Nurdesiana. (2012). Perkembangan Listrik dan Magnet. http://heriyanipendidikanfisika.blogspot.com/2013/07/perkembangan-listrik-dan-magnet.html.

Ikhwan. (2013). Perkembangan Keilmuan Listrik Magnet dari Masa ke Masa. http://ikhwananakfisikaupi.blogspot.com/2013/05/perkembangan-keilmuan-listrik-magnet.html

Notosiswoyo, M. & Suswati, S. (2004). Pemanfaatan Magnetic Resonance Imaging (MRI) Sebagai Sarana Diagnosa Pasien. Media Litbang Kesehatan Volume XIV Nomor 3 Tahun 2004. http://unhas.ac.id/tahir/BAHAN-KULIAH/BIO-MEDICAL/TUGAS/TUGAS-006/MRI%20(%20MUHAMMAD%20YUNUS-D41102066%20)/Daftar%20Pustaka/mri.pdf

Nunu. (2013). Sejarah Peekembangan Magnetic Resonance Imaging (MRI). http://nurulsyahtiani93.blogspot.com/2013/11/sejarah-perkembangan-magnetic-resonance.html


Posting Komentar

0 Komentar